LINTAS BLORA, BLORA- Penat setelah pagi tadi bergumul dengan rupiah meskipun receh, istirahat di sudut Desa Ngloram yang katanya ada Bandara besoknya. Ada pemandangan unik seorang lelaki muda duduk berdiam diri di pinggir sebuah gundukan batu yang tertata yang konon kabarnya menurut penduduk sekitar adalah Makam Sunan Ngudung yaitu Ayahanda dari Sunan Kudus.
Tak seberapa lama saya mendekati dan mulai berkenalan, namanya Mas Heri begitu saja lelaki itu meminta untuk dipanggil, dari perbincangan pendek itu ternyata Mas Heri adalah seorang budayawan dan praktisi supranatural. Tak berapa lama beliaunya mulai bercerita.
“Sebagian besar masyarakat dari jalur pemerhati budaya dan juga pesantren banyak menceritakan bahwa salah satu makam di Situs Budaya Desa Ngloram adalah makam Sunan Ngudung (Sayid Usman Haji), Bapak dari Sunan Kudus. Disitu juga merupakan petilasan Kerajaan (Kadipaten) Jipang.
Cerita sejarah itu memiliki dasar dari sejarah Kerajaan/Kadipaten Jipang yang dijaman itu, istilah Kerajaan bermakna tempat tinggal penguasa, sedangkan kadipaten adalah bentuk pemerintahan, jadi Jipang bisa disebut dengan kerajaan atau kadipaten. Kerajaan Jipang ada sejak abad 14M, tepatnya pada masa pemerintahan raja ke-4 Majapahit. Kerajaan Jipang adalah daerah Perdikan sehingga tidak ada kewajiban membayar pajak dikarenakan berjasa dalam hal penyeberangan. Penguasa pertama adalah Prabu Arya Jaya Dipa dan wafat setelah menjabat selama 70 tahun kemudian diganti puteranya yaitu Raden Arya Seta. Masa pemerintahan kurang lebih 50 tahun kemudian digantikan puteranya yaitu Raden Usman Haji (Sunan Ngudung). Pada abad 15M kerajaan Jipang bekerjasama dengan Kerajaan Glagah Wangi (Demak) yang didirikan oleh Raden Patah (Sultan Demak I). Raden Patah kemudian menikah dengan puteri Raden Usman Haji yaitu Dewi Sekar Tanjung. Dan dianugerahi dua orang anak yaitu Ratu Mas Nyawa dan Surowiyoto. Surowiyoto kemudian menikah dengan Ratu Ayu Retno Panggung dan mempunyai dua orang anak yaitu Arya Penangsang dan Arya Mataram. Jadi sangatlah mendasar kalau makam Sunan Ngudung berada di Situs Budaya Desa Ngloram yang merupakan petilasan Kerajaan Jipang,” kata Mas Heri untuk sepenggal cerita ini, sekiranya dapat kita sambung di edisi berikutnya.
Banyak pendapat mengatakan bahwa cerita sejarah terukir oleh pihak yang berkuasa pada saat itu, sepenggal cerita bisa sesuai kenyataan dan keadaan sebenarnya, bisa juga sangat jauh dari kebenaran ataupun mungkin malah tidak benar. Tetapi pengetahuan tentang jati diri dan ajaran dari Nenek Moyang kita yang adiluhur dapat kita teladani. Cerita pendek dari seorang tentunya tidak harus sama dengan pendapat orang lain. (stw)